Layanan kuliner yang dapat diinvestasikan berbasis teknologi informasi yaitu dengan investasi digital layanan kuliner. Investasi digital layanan kuliner yang dapat dikembangkan berbasis teknoligi ini berhubungan dengan layanan dari warung, kios, rumah makan dan sebagainya, yang dapat dirasakan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan secara real time. Secara umum investasi digital layanan kuliner ini bertujuan untuk mempertemukan dan memberikan informasi lokasi tempat kuliner (warung,kios,restoran dan lain-lain ) dan transaksi yang ada di Banjarbaru. saat ini telah ada aplikasi yang memungkinkan hal ini terjadi di Kota Banjarbaru, yaitu gojek dan grab namun aplikasi ini menjangkau kuliner secara umum, sehingga akan sangat berguna jika ada perusahaan teknologi layanan kuliner yang berafiliasi dengan Pemerintah Kota Banjarbaru . Segmentasi penggunanyab adalah masyarakat yang membutuhkan layanan kuliner atau pengunjung tempat kuliner dan kios. Sbagai rekanan dari investor digital layanan kuliner ini adalah warung makan dan minum atau kios kelontong, juga restoran di Kota Banjarbaru secara umum. Keuntungan investor dari investasi digital layanan kuliner ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi hasil saat transaksi yang terjadi saat menggunakan sistem dari perusahaan teknologi layanan kuliner
2. Mendapat margin laba penjualan barang ke mitra warung/kios/restoran, karena perusahaan teknologi layanan kuliner akan mendapat harga lebih murah/diskon ketika membeli barang dengan jumlah banyak dari produsen, sehingga perusahaan teknologi layanan kuliner akan mendapatkan margin laba
3. Payment gateway dengan fasilitas cicilan pembayaran, sehingga prusahaan teknologi layanan kuliner mendapat keuntungan di sini.
Berlokasi di Kelurahan Landasan Ulin Selatan dan Tengah Kecamatan Liang Anggang memiliki luasan kurang lebih 951.19 Ha. Dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti ketersediaan akses jalan,listrik,air, telekomunikasi serta lokasi strategis.
Kota Banjarbaru merupakan kota yang tepat untuk kawasan pergudangan . Diantara 5 wilayah kecamatan di Kota Banjarbaru, Kecamatan Liang Anggang merupakan wilayah yang dipandang dari beberapa faktor merupakan wilayah yang tepat untuk dijadikan sebagai kawasan pergudangan dan perdagangan. Salah satu faktornya adalah bahwa wilayah di Kecamatan Liang Anggang masih sangat terbuka untuk pengembangan sebuah kawasan bisnis. ada beberapa faktor yang menjadi dasar mengapa Kecamatan Liang Anggang layak dikembangkan sebagai kawasan pergudangan dan perdagangan. Kawasan pergudangan adalah kawasan yang mendukung efektifitas dan efesiensi dalam supply chain management, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk merencanakan, mengendalikan dan menjalankan arus produk. Ini meliputi proses perolehan bahan baku, proses produksi, hingga distribusi produk ke konsumen akhir, dengan cara yang paling efesien dan hemat biaya. Kondisi geografis di Kecamatan liang Anggang merupakan daerah dengan kemiringan rendah, secara keseluruhan memiliki kemiringan 0-2% saja. Dengan ketinggian rendah, sehingga untuk transportasi distribusi berat seperti kontainer tidak mengalami kendala dalam perjalanan. Selain itu drainase dan cakupan wilayah kosong masih tinggi. Banjarbaru mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada Tahun 2020 total panjang jalan di Kecamatan Liang Anggang mencapai 81,555 km. Panjang jalan di Kecamatan Liang Anggang terdiri dari 69,410 km berupa aspal 7,362 km berupa kerikil dan 4,783 km berupa tanah. Kondisi panjang jalan di Kecamatan Liang Anggang sebesar 56,475 km tergolong baik, sebesar 9,579 km kondisi sedang. Pasokan bahan baku dan material bisa di pasok dari luar pulau, sehingga dalam prosesnya nanti memerlukan akses laut yang dapat mengangkut material dalam jumlah banyak. Sehingga memerlukan pelabuhan dengan kedalaman yang memiliki standar sebagai pelabuhan samudra. Kota Banjarbaru berada tidak jauh dengan Pelabuhan Trisakti yang berbatasan persis dengan Kecamatan Liang Anggang. Akses udara berdampak pada pesatnya aktivitas perjalanan berpergian dari dan menuju luar daerah, sehingga dalam prosesnya nanti memerlukan akses udara yang dapat membawa orang berpergian. Kota Banjarbaru memiliki Bandar Udara Syamsudin Nor yang terletak di Kecamatan Landasan Ulin, sekitar 10 KM dari Kecamatan Liang Anggang
Jumlah pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang menengah dan kecil dari tahun ketahun terus menerus meningkat, tercatat hingga tahun 2018 terdapat 32 pedagang besar, 200 pedagang menengah dan 327 pedagang kecil. Jumlah ini tersebar di 5 Kecamatan. Adapun pasar yang berkembang bisa sebagai pasar modern ataupin pasar tradisional, selain itu terdapat juga pasar-pasar dadakan yang berada pada lingkungan sekitar yang merupakan cikal bakal pasar tradisional
Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan perekonomian, meningkatkan usaha pembangunan. peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar perdagangan antara daerah. Jaringan jalan secara pembinaan dibedakan atas jalan nasional yang merupakan pembinaan oleh pemerintah pusat, jalan provinsi pembinaan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Pembangunan dan peningkatan kualitas jaringan jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarbaru pada khususnya dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini sebagai upaya memperlancar arus distribusi dan produksi, baik terhadap jalan arteri maupun jalan-jalan lokal atau sekunder yang menghubungkan antar bagian wilayah kota. Berdasarkan pada fungsinya, jalan yang ada di Kota banjarbaru terdiri dari 6 fungsi yaitu jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder, lokal primer serta lokal sekunder. jalan poros utama (jalan ahmad yani) merupakan jalan utama di Kota banjarbaru. Berfungsinya jalan A.yani sebagai poros Kalimantan Selatan nahkan ke wilayah Kaltim dan kalteng. Sehingga jalan tersebut selain berfungsi sebagai jalan arteri primer juga merupakan jalan arteri sekunder. Sedangkan ruas jalan yang dimulai dari pertigaan Liang Anggang ke arah Bati-bati dan Pelaihari berfungsi sebagai jalan kolektor primer. Secara umum distrubusi perjalanan dilakukan untuk 3 karakteristik perjalanan yang ada yaitu :
1. Perjalanan internal-internal yaitu perjalanan yang dilakukan antarzona maupun intrazona dalam kota, yang pada umumnya pola perjalanan ini merupakan cerminan dari pola perjalanan ini merupakan cerminan dari pola perjalanan untuk kegiatan rutin penduduk kota.
2. Perjalanan internal-Eksternal, mencakup perjalanan dari dalam ke luar kota atau sebaliknya
3. Perjalanan Eksternal-Eksternal, mencakup perjalanan dari luar ke luar kota, dalam hak ini kota menjadi jalur lintasan.